Jumat, 17 Januari 2014
PROPOSAL
SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi syarat-syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Jenjang Strata Satu
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
Disusun Oleh :
Nama
: Rheza
Arifiandhi
NPM : 25210842
Kelas : 4EB10
Jurusan
/ Jenjang : Akuntansi / S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Harga
saham di bursa tidak selamanya tetap, ada kalanya meningkat dan bisa pula
menurun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Di pasar modal,
terjadinya fluktuasi harga saham tersebut menjadikan bursa efek menarik bagi
beberapa kalangan pemodal (investor). Di sisi lain, kenaikan dan penurunan
harga saham bisa terjadi karena faktor fundamental, psikologis, maupun
eksternal.
Terdapat
beberapa faktor makro yang mempengaruhi aktifitas investasi saham di BEI, di
antaranya adalah tingkat inflasi, tingkat indeks bursa asing, nilai kurs valuta
asing, dan lainnya. Tingginya tingkat inflasi dapat menurunkan daya beli
masyarakat dan juga meningkatnya harga faktor produksi. Hal itu biasanya akan
berdampak pada anggapan pesimis mengenai prospek perusahaan yang menghasilkan
barang atau jasa yang terkena dampak inflasi sehingga dapat mempengaruhi
penawaran harga saham perusahaan tersebut dan pada akhirnya berakibat pada
pergerakan indeks harga saham di BEI.
Terdapat
alternatif investasi lain yang juga dapat mempengaruhi transaksi saham di bursa
efek, yakni investasi pada valuta asing dalam hal ini adalah dollar (USD). Jika
saat nilai tukar dollar sedang melemah terhadap rupiah dan dapat diprediksikan
akan kembali menguat di masa mendatang, dan juga ketika alternatif investasi
lain dirasa kurang menjanjikan, maka investor mungkin cenderung akan
menginvestasikan dananya ke dalam bentuk mata uang dollar dengan harapan ketika
kurs dollar terhadap rupiah kembali meningkat dia akan menjualnya kembali ke
dalam bentuk mata uang rupiah, sehingga dia memperoleh gain dari selisih kurs.
Di samping sebagai alternatif investasi, pergerakan mata uang tersebut juga
berdampak pada perdagangan ekspor impor barang dan jasa yang berkaitan dengan
perusahaan emiten. Kondisi tersebut pada akhirnya akan berdampak pada aktivitas
Pasar Modal, dan selanjutnya akan berakibat pada pergerakan IHSG di BEI.
Krisis keuangan global yang terus berlangsung
saat ini menyebabkan macetnya system keuangan dunia sehingga menyebabkan
merosotnya aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Perlambatan pertumbuhan
ekonomi dunia dan menurunnya pertumbuhan volume perdagangan dunia telah terjadi
sejak pertengahan tahun 2007. Hal ini tentunya akan memberikan dampak langsung
yang signifikan bagi negara-negara yang perekonomiannya ditopang oleh eskpor
seperti Cina, Jepang, Korea dan negara ASEAN, termasuk Indonesia. Memasuki
tahun 2009 dan perdagangan bebas (Free Trade) di tahun 2011 hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar
modal. Karena pasar modal memiliki pengaruh strategis bagi penguatan ekonomi
suatu negara. Terjadinya pelarian modal ke luar negeri bukan hanya terjadi
akibat dampak merosotnya nilai rupiah, tingkat inflasi atau rendahnya bursa di
suatu negara. Tetapi salah satunya adalah tidak tersedianya alternatif yang
menguntungkan di negara tersebut atau pada saat yang sama investasi portofolio
dibursa negara lain lebih menjanjikan keuntungan yang lebih tinggi.
Beberapa
indikator perekonomian sebuah negara diantaranya adalah pergerakan indeks
bursa, nilai tukar, inflasi, tingkat pendapatan dan kondisi sosial politik.
Pada umumnya bursa yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja bursa efek
lainnya adalah bursa efek yang tergolong maju seperti bursa Amerika, Inggris,
Perancis, Jepang dan sebagainya.
Sekitar
tahun 2008 dimulai terjadinya krisis moneter yang melanda negara Amerika
Serikat (USA) yang kemudian mengakibatkan efek domino terhadap negara- negara
di kawasan Eropa secara signifikan dan juga Negara-negara lain yang memiliki
hubungan ekonomi dengan Amerika Serikat dengan tingkat pengaruh yang
bervariasi. Belum lama ini juga telah terjadi revolusi dan konflik besar di
banyak Negara di Timur Tengah, mulai dari revolusi politik di beberapa Negara
dan konflik Negara Iran dengan Barat dan sekutu. Kondisi tersebut tentunya akan
berpengaruh pada pergerakan harga minyak dunia. Hal itu kemudian akan
mempengaruhi banyak aspek terkait kebijakan ekonomi Negara-negara yang
berhubungan.
Selain
itu, kondisi makroekonomi dalam negeri pada periode tersebut juga sempat
mengalami kekacauan, antara lain; inflasi sempat naik secara ekstrim pada
pertengahan tahun 2008 hingga akhir 2008. Kenaikan ekstrim tersebut sampai
melewati angka 10%. Kemudian mulai turun di awal 2009. Pada pertengahan 2009
terjadi penurunan drastis hingga menyentuh angka kurang dari 3% dan bertahan
hinga akhir 2009. Begitu juga yang terjadi pada IHSG di BEI. IHSG sempat
mengalami depresiasi secara ekstrim hingga 50% pada awal 2008 dan bertahan
hingga pertengahan 2008. Namun setelah itu IHSG mulai mengalami kenaikan secara
kontinyu hingga akhir 2011, dan sempat menyentuh angka di atas 4.000 poin pada
pertengahan 2011.
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis tertarik dan mencoba menuangkannya dalam bentuk
skripsi yang berjudul :
“ANALISIS PENGARUH
INFLASI, INDEKS BURSA ASING DAN NILAI TUKAR RUPIAH PER DOLLAR AS TERHADAP
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PERIODE2009-2011”.
1.2.
Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahn dari
penelitian yang penulis ambil adalah sebagai berikut :
1. Apakah
variable inflasi mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2011;
2. Apakah
variable kurs mata uang asing (Dollar AS) mempunyai pengaruh terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2011;
3. Apakah
variable indeks bursa asing (DJIA) mempunyai pengaruh terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2011;
4. Seberapa
besar pengaruh dari ketiga variable tersebut terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2011.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian
ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apakah variable inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2011;
2. Untuk
mengetahui apakah variable kurs mata uang asing (Dollar AS) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009 - 2011;
3. Untuk
mengetahui apakah variable indeks bursa asing (DJIA) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2009 - 2011;
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1. Pasar Modal
2.1.1. Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal secara umum merupakan
suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
dalam rangka memperoleh modal (Kasmir, 2008:207). Pada dasarnya, pasar modal
mirip dengan pasar – pasar lain. Untuk setiap pembeli yang berhasil, selalu
harus ada penjual yang berhasil. Jika pihak yang ingin membeli jumlahnya lebih
banyak dibandingkan yang ingin menjual, maka harga akan menjadi lebih tinggi.
Bila hanya sedikit yang ingin membeli dan ada banyak yang ingin menjual, maka
harga akan jatuh.
Yang membedakan pasar modal dengan pasar – pasar
lain adalah komoditi yang diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar
abstrak, dimana yang diperjualbelikan adalah dana – dana jangka panjang, yaitu
dana yang keterikatannya dalam investasi lebih dari satu tahun.
2.1.2. Fungsi Pasar Modal
Bagi emiten, pasar modal berfungsi sebagai
sarana pemenuhan kebutuhan modal dana untuk jangka panjang bagi perusahaan,
yang merupakan alternatif sumber dana selain dari perbankan. Selain itu, dengan
memasuki pasar modal, sebuah perusahaan akan terdorong untuk memanfaatkan
manajemennya secara profesional karena sebuah perusahaan yang go public akan
disorot oleh masyarakat yang nantinya menjadi investor. Tentu saja untuk
mendapatkan sorotan positif, perusahaan harus berprestasi baik. Untuk bisa
berprestasi baik, perusahaan harus dikelola oleh tenaga- tenaga yang
profesional.
Dari
sisi masyarakat sebagai investor, pasar modal berfungsi sebagai alternatif
investasi. Jika dilihat komposisi investasi masyarakat, terutama di Indonesia,
maka sebagian besar tertanam pada tabungan di perbankan. Jelasnya disimpan
dalam bentuk tabungan atau deposito. Investasi di bank memang sudah baik, namun
untuk lebih produktif dan menyebar risiko maka diperlukan tempat investasi
lain, salah satunya diinvestasikan di pasar modal dengan membeli saham atau
obligasi (Sawidji, 2009:6). Keuntungan yang diperoleh dari saham disebut dengan
deviden. Sementara keuntungan yang didapat dari obligasi adalah kupon.
2.2. Indeks Harga Saham
2.2.1. Pengertian Indeks Harga Saham
Indeks Harga Saham merupakan bagian
penting dalam pembicaraan mengenai pasar modal, karena indeks ini merupakan
indikator dari berbagai hal dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan-kebijakan di
bidang ekonomi makro, ekonomi mikro, moneter dan kebijakan lainnya (Situmorang,
2008:133).
2.2.2. Indeks
Harga Saham Gabungan
Indeks Harga Saham Gabungan adalah gabungan harga saham perusahan
emiten yang bertransaksi di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator
pergerakan harga saham yang tercatat di bursa. Hari dasar perhitungan indeks
adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Sedangkan jumlah emiten yang
tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini (Desember 2009)
jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 398
emiten.
2.3. Inflasi
2.3.1.
Pengertian
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga – harga
untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 2001:155). Dari defenisi
inflasi tersebut, maka ada tiga komponen suatu kondisi dapat dikatakan inflasi,
yakni :
1) Kenaikan harga
2) Bersifat umum
3) Berlangsung terus
menerus
Sementara menurut Mankiw (2006:75), inflasi adalah
kenaikan dalam tingkat harga rata – rata, dan harga adalah tingkat dimana uang
dipertukarkan untuk mendapatkan barang dan jasa.
Secara umum, inflasi didefenisikan sebagai kenaikan
tingkat harga umum yang terjadi secara terus menerus.
2.3.2.
Jenis-jenis Inflasi
a. Jenis
Inflasi dari tingkat keparahannya
Pengelompokan
inflasi dari segi tingkat keparahannya menitikberatkan pada seberapa besar laju
inflasi dalam suatu periode tertentu. Disini inflasi dapat dibedakan menjadi :
1) Inflasi ringan, yaitu inflasi
yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari 10% per tahun.
2) Inflasi sedang, yaitu inflasi
yang laju pertumbuhannya antara 10% sampai dengan 30% per tahun.
3) Inflasi berat, yaitu inflasi
yang laju pertumbuhannya antara 30% sampai dengan 100% per tahun.
4) Hiper inflasi, yaitu inflasi
yang laju pertumbuhannya lebih dari 100% per tahun.
b. Jenis
Inflasi dari segi sebabnya
1)
Inflasi tekanan permintaan (demand pull inflation).
Yaitu
inflasi yang timbul akibat permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu
kuat.
2)
Inflasi dorongan biaya (cost push inflation).
Yaitu
inflasi yang timbul akibat kenaikan ongkos produksi.
3)
Inflasi campuran (mixed inflation).
Yaitu
inflasi yang unsur penyebabnya merupakan campuran antara tekanan permintaan dan
tekanan biaya. Walaupun sering terjadi inflasi yang murni akibat tekanan
permintaan atau tekanan biaya, tetapi setelah dampaknya terasa dalam
perekonomian, dapat menyebabkan inflasi campuran.
2.3.
Kurs
(Nilai Tukar)
2.4.1. Pengertian Nilai Tukar
Dalam perdagangan internasional, transaksi jual beli
barang dan jasa terjadi antar masyarakat suatu negara dengan masyarakat negara
lainnya yang menghendaki pembayaran dalam mata uang masing – masing yang
berbeda satu sama lainnya, atau paling tidak dalam mata uang tertentu yang
dapat diterima secara internasional. Mata uang yang paling banyak digunakan
dalam perdagangan antar negara adalah Dollar Amerika Serikat. Oleh karena itu
Dollar AS mendapat julukan sebagai mata uang penggerak, yaitu mata uang
terkemuka yang digunakan sebagai satuan nilai kontrak internasional dalam
perdagangan. Hal ini didukung oleh peran Amerika Serikat sebagai pusat
perdagangan dunia.
Dalam perdagangan internasional,
pertukaran antar satu mata uang dengan mata
uang negara lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah transaksi jual
beli barang dan jasa. Dari pertukaran inilah terdapat perbandingan nilai atau
harga antara kedua mata uang tersebut, dan inilah yang disebut dengan nilai
tukar atau kurs. Jadi secara umum kurs dapat diartikan sebagai harga suatu mata
uang terhadap mata uang asing atau harga mata uang luar negeri terhadap mata
uang domestik.
Nilai tukar memainkan peranan
sentral dalam perdagangan internasional, karena dengan mengetahui nilai tukar,
kita bisa membandingkan harga – harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara
sehingga dapat dijadikan instrument rujukan dalam kegiatan ekspor dan impor.
Dalam mekanisme pasar, nilai tukar
dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi yang berdampak langsung
terhadap harga barang – barang ekspor dan impor. Naik turunnya nilai tukar mata
uang suatu negara dapat dibagi atas dua bagian :
1. Apresiasi, yaitu menguatnya
nilai tukar suatu mata uang secara otomatis akibat dari bekerjanya kekuatan –
kekuatan permintaan dan penawaran atas mata uang yang bersangkutan dalam
mekanisme pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan menguatnya nilai tukar
valuta negara tersebut, maka harga produk negara itu bagi pihak luar negeri
akan menjadi lebih mahal, sedangkan harga barang impor bagi penduduk domestik
menjadi lebih murah.
2. Depresiasi, yaitu menurunnya
nilai tukar suatu mata uang secara otomatis akibat dari bekerjanya kekuatan –
kekuatan permintaan dan penawaran atas mata uang yang bersangkutan dalam
mekanisme pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan menurunnya nilai tukar
valuta negara tersebut, maka harga produk negara itu bagi pihak luar negeri
akan menjadi lebih murah, sedangkan harga barang impor bagi penduduk domestik
menjadi lebih mahal.
2.4.2. Sistem
Nilai Tukar
1) Sistem
Nilai Tukar Mengambang ( Floating Exchange Rate System )
Perubahan nilai kurs terjadi disebabkan oleh
kekuatan permintaan di satu sisi dan kekuatan penawaran di sisi lain. Berarti
kurs semata – mata ditentukan oleh kedua pelaku pasar sehingga sistem ini juga
disebut sebagai kurs pasar atau kurs bebas.
2) Sistem
Nilai Tukar Tetap ( Fixed Exchange Rate System )
Pada sistem nilai tukar tetap, pemerintah berperan
aktif melakukan intervensi dalam pasar valuta asing untuk mempertahankan nilai
tukar mata uang agar tetap berada pada tingkat tertentu.
3) Sistem
Nilai Tukar Mengambang Terkendali ( Controlled Exchange Rate System )
Pada sistem ini, fluktuasi nilai tukar diambangkan
pada suatu rentang intervensi tertentu. Otoritas moneter (bank sentral)
berperan untuk mengembalikan nilai tukar tersebut kedalam rentang nilai tukarnya
semula apabila fluktuasi telah melebihi rentang yang ditentukan.
2.4.
Kajian Penelitian Sejenis
1.
Aldrian
Syarif Achmad (2008), yang melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Nilai
Tukar Rupiah Atas Dollar AS, Suku Bunga bank Indonesia (BI Rate), Inflasi
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Periode 2003-2006”
menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang berbede-beda diantaranya Nilai tukar
Rupiah atas US Dolar terhadap IHSG dengan nilai korelasi (r) sebesar -0,825
yang berarti memiliki hubungan yang sangat kuat negatif, kemudian SBI terhadap
IHSG dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,316 yang berarti memiliki hubungan
yang lemah positif dan yang terakhir inflasi terhadap IHSG dengan nilai
korelasi (r) sebesar -0,529 yang berarti memiliki hubungan yang kuat negatif.
2.
Yusup
Darma Saputra (2008), yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Indeks
Bursa Asing (DJIA), Kurs Valas, Tingkat Inflasi Dan Tingkat BI-Rate Terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)” menyimpulkan
bahwa adanya koefisien determinasi (kontribusi) diperoleh sebesar 0,95, artinya
95% IHSG dipengaruhi oleh indeks bursa asing dan dolar amerika, sementara
sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek
Penelitian
Penelitian
ini mengambil jenis penelitian deskriptif dan inferensial yang mencoba
memberikan gambaran dan pengaruh variabel bebas : suku bunga Indeks Bursa Asing
(DJIA), tingkat inflasi dan kurs dolar AS terhadap variabel terikat: pergerakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan definisi
konseptual sebagai berikut:
a.
Indeks Bursa Asing (DJIA)
Suatu angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh
saham yang tercatat di bursa pada waktu tertentu.
b..
Tingkat Inflasi
Tingkat
inflasi adalah jumlah uang yang beredar dimasyarakat lebih banyak dari pada
jumlah barang yang akan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang.
c.
Kurs dolar AS
Kurs
dolar AS dalah nilai tukar adalah tingkat dimana mata uang suatu negara dapat
dipertukarkan dengan mata uang negara lain .
d.
Indek Harga Saham Gabungan.(IHSG)
Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah menggambarkan pergerakan harga-harga saham.
3.2.
Data
/ Variabel Yang Digunakan
Faktor-faktor
yang berhubungan dalam penelitian diidentifikasi dalam variabel-variabel yang
terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Adapun Variabel terikat
adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai Y dan variabel bebas terdiri
dari : Indeks
Bursa Asing (DJIA) sebagai (X1), tingkat inflasi (X2) dan kurs dolar AS (X3).
3.2.1. Kerangka
Pemikiran
Secara umum dan sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat di
gambarkan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Operasionalisasi
Variabel Penelitian
No
|
Variable
|
Konsep
Variable
|
Indikator
Variable
|
Skala
|
1
|
Indeks Bursa Asing (DJIA) (
X1)
|
Penggambaran
pergerakan harga-
harga saham.
|
Angka
rerata
DJIA bulanan
di BEI pada tahun 2009-2011
|
Rasio
|
2
|
Tingkat Inflasi
(X2)
|
Jumlah uang yang
beredar dimasyarakat
lebih banyak dari pada
jumlah barang yang
akan mengakibatkan
kenaikan harga-harga
barang.
|
Indeks Harga
Konsumen
(IHK) yang
ditebitkan oleh
BPS pada tahun 2009-2011
|
Rasio
|
3
|
Kurs Dolar AS
(X3)
|
Tingkat dimana mata
uang suatu negara
dapat
dipertukarkan
dengan mata uang
negara lain .
|
Kurs Tengah
Bank Indonesia
(USD/IDR) perbulan dari 2009-2011
|
Rupiah
|
4
|
IHSG (Y)
|
Penggambaran
pergerakan harga-
harga saham.
|
Angka
rerata
IHSG bulanan
di BEI pada tahun 2009-2011
|
Rasio
|
3.3.
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data rasio. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
diperoleh dari beberapa metode pengumpulan data dengan cara time series. Data
yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang diperoleh baik secara
langsung maupun tidak langsung dan diperoleh melalui :
1. Data primer melalui field
Research(riset lapangan) adalah data ini diperoleh dengan riset melalui Harian
Media Indonesia dan internet terutama website http://www. bi.co.id.
2. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui library research(riset pustaka) dan Biro Pusat Statistik
(BPS), Bank Indonesia (BI) serta Bursa Efek Indonesia (BEI)
3.4.
Hipotesis
Untuk mengethaui hubungan antara variable X1, X2 dan
X3 dengan variable y apakah terdapat hubungan yang erat atau berpengaruh, maka
dilakukan uji hipotesis, yaitu menggunakan hipotesis nol dengan ketentuan
sebagai berikut :
Ho
: “nilai tukar rupiah atas US Dolar, Indeks
Bursa Asing (DJIA), dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan”.
Ha
: “nilai tukar rupiah atas US Dolar, Indeks
Bursa Asing (DJIA), dan Inflasi berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan”.
Untuk
Mengethui keberartian hubungan antara lebih dari 2 variabel digunakan uji-t
statistic dengan rumus :
Dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Taraf
signifikan (α) = 0,05
2. Dk
= n-2
3. Criteria
pengambilan keputusan sesuai dengan dinyatakan Husein Umar (2001,316-317)
sebagai berikut :
·
diterima jika
<
·
ditolak jika
>
: ρ = 0 : diterima, artinya terdapat hubungan antara
“nilai tukar rupiah atas US Dollar, Indeks Bursa Asing (DJIA), dan Inflasi
dengan Indeks Harga Saham Gabungan.
: ρ ≠ 0 : ditolak, artinya terdapat hubungan antara
“nilai tukar rupiah atas US Dollar, Indeks Bursa Asing (DJIA), dan Inflasi
dengan Indeks Harga Saham Gabungan.
1.5.
Alat
Analisis Yang Digunakan
Teknik analisis yang digunakan
penelitian ini adalah model persamaan regresi linier berganda, hubungan
fungsional variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat diformulasikan
dalam fungsi regresi sebagai berikut:
Y = b0+ b1X1 + b2X2+ b3X3+e
dimana :
Y =
IHSG
b0 =
Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi variabel bebas (Indeks
Bursa Asing (DJIA),tingkat inflasi dan kurs dolar AS)
e =
Error (kesalahan)
1.
Uji Asusmsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk
menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian merupakan data linier
terbaik dan tidak bias (Best Linier
Unbisaed Estimator/BLUE) atau tidak. Model regresi yang baik juga harus
bebas dari penyimpangan asumsi klasik. Model penyimpangan asumsi klasik terdiri
dari uji Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, Autokorelasi, Normalitas dan
Linearitas.
a.
Uji Multikolinearitas
Pengujian
ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya satu atau lebih variabel bebas
mempunyai hubungan dengan variabel lainnya. Untuk menguji atau tidaknya gejala
multikolinearitas digunakan varience
inflation factor (VIF) dan nilai tolerance.
Jika nilai VIF dibawah 10, maka model regresi yang diajukan tidak terdapat
gejala multikolinearitas, sebaliknya jika VIF di atas 10, maka model regresi
yang diajukan terdapat gejala multikolinearitas, disamping juga harus melihat
nilai tolerance yang mendekati 1.
b.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki
varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Dalam penelitian
ini model yang digunakan adalah motode glejser denngan dasar pengambilan
keputusan membandingkan nilai sig variabel independen dengan nilai tingkat
kepercayaan (α = 0,05) apabila nilai sig lebih besar dari nilai α (sig > α),
maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas.
c.
Uji Autokorelasi
Pengujian
ini digunakan untuk menditeksi ada atau tidaknya residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Uji Autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test)
melalui program SPSS for windows. Hipotesis yang diuji adalah :
Ho
: ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi
Ha
: ρ > 0, aritnya ada autokorelasi
1. Bila
DW lebih besar dari pada batas atas (upper
bound, U), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol. Artinya tidak ada
autokorelasi positif.
2. Bila
DW lebih rendah dari pada batas bawah (lower
bound, L), koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol. Artinya ada
autokorelasi positif.
3.
Bila
nilai DW terletak diantara batas atas dan batas bawah, maka tidak dapt
disimpulkan.
d.
Uji Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki residu
normal. Jika asumsi normalitas tidak terpenuhi, maka uji-F dan uji-t menjadi
tidak valid.
Salah
satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat
grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal. Selain itu untuk melihat normalitas residual
dapat juga melalui normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Dasar pengambilan
keputusan normalitas residual adalah sebagai berikut :
1. Bila
penyebaran data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, atau garis histrogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Bila
penyebaran data jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, atau grafik histrogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memnuhi normalitas.
2.
Uji Hipotesis
a.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Apakah kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas atau variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
b.
Uji
F-statistik
Uji f adalah uji yang dilakukan untuk membuktikan
pengaruh variabel – variabel bebas (X) secara bersama – sama terhadap variabel
terikat (Y). Nilai F hitung dapat dicari dengan rumus berikut :
Keterangan
:
R2 = koefisien determinasi
k = banyaknya variabel independen
n = banyaknya anggota sampel
kriteria
prngambilan keputusan pada taraf signifikan (α) = 5% dengan derajat kebebasan (df) k dan (n-k-1) adalah sebagai berikut:
Jika F hitung ≤ F tabel berarti Ho
diterima dan Ha ditolak.
Jika F hitung > F tabel berarti
Ho ditolak dan Ha diterima.
a.
Uji
t-statistik
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen secara individu diukur dengan menggunakan uji t-statistik. Nilai
t-statistik hitung dapat dicari dengan rumus :
pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat
signifikansi atau keberartian setiap variabel bebas (X) terhadap variabel
terikat (Y) dalam model regresi. Pada taraf signifikasi (α) = 5% dan derajat
kebebasan atau degree of freedom (df) = n-k-1 yang mana n adalah jumlah
sampel dan k adalah banyak nya variabel independen, maka akan diperoleh
besarnya nilai t tabel. Selanjutnya pengujian t-statistik dilakukan dengan uji
satu sisi. Adapun ketentuannya sebagai berikut :
uji sisi kanan :
jika t hitung ≤ t tabel berati Ho
diterima dan Ha ditolak
jika t hitung ≥ t tabel berarti Ho
ditolak dan Ha diterima
uji sisi kiri :
jika t hitung ≥ t tabel berarti Ho
diterima dan Ha ditolak
jika t hitung ≤ t tabel berarti Ho
ditolak dan Ha diterima
DAFTAR PUSTAKA
BAPEPAM. 1995. Undang-Undang
No 8 Tahun 1995. Bapepam. Jakarta
Boediono. 2001. Ekonomi
Makro. Edisi-4. penerbit BPFE, Yogyakarta.
Hayudha
Pramushinta. 2008. Analisis Pengaruh
Pergerakan Indeks Bursa
Asing, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Mentah Dunia,
Nilai Tukar Rupiah
Terhadap
Dollar Amerika, Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI), Skripsi,
Universitas Gunadarma.
Heli Charisma Berlianta. 2005. Mengenal Valuta Asing , Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga keuangan Lainnya, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
M Paulus Situmorang. 2008. PengantarPasar Modal, Edisi 1, MitraWacana Media, Jakarta
Mankiw, Gregory. 2006. Teori makro ekonomi Edisi lima. Erlangga. Jakarta
Muana, Nanga, 2001. Makro Ekonomi, Masalah dan Kebijakan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Sawidji
Widoatmodjo. 2005. Cara Sehat Investasi di
Pasar Modal, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta
Tajul, khalwaty. 2000. Inflasi dan Solusinya, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. 2006. Pasar
Modal di Indonesia , Salemba Empat ,
Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar